MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir
Dosen pengampu M. Miftakhul Huda, M.Pdi.
Disusun Oleh:
MEGA LESTARI (931332414)
LIA INAYATUL M. (931332514)
PRODI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir yang berjudul “Tafsir
Ayat-Ayat Al-Qur’an
tentang Manusia sebagai Makhluk Individu dan
Makhluk Sosial” dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan
pemikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1.
Dosen matakuliah Tafsir, yang telah memberi ilmu serta pengarahan dalam
pembuatan makalah ini.
2.
Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
3.
Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sebagai balasan atas amal baik dari semua pihak yang
telah disebutkan di atas.
Sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki, kami memohon maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan di hati
bapak dosen dan juga pembaca. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Kediri,
21 Mei 2015
P Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bebicara
tentang manusia selalu menarik. Karena selalu menarik, maka masalahnya tidak
pernah selesai dalam artian tuntas. Manusia merupakan makhluk yang paling
menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka
dan mempunyai potensi yang agung.
Manusia
diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, bersama-sama dengan orang lain,
hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh
Allah. Manusia sebagai makhluk pribadi mempunyai fungsi terhadap diri
pribadinya, sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat.
Sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam berfungsi tehadap alam dan
manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap yang
menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi
terdiri dari kesatuan tiga unsur yakni perasaan, akal dan jasmani.
Dalam makalah
ini penulis akan menguraikan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan
manusia. Dimulai dari tafsir tentang manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, tafsir tentang produksi dan reproduksi manusia, tafsir tentang
penciptaan awal manusia, dan tafsir tentang hikmah diciptakannya manusia.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana tafsir
ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2.
Bagaimana tafsir
tentang produksi dan reproduksi manusia dalam Al-Qur’an?
3.
Bagaimana tafsir
tentang penciptaan awal manusia dalam Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Manusia sebagai Makhluk
Individu dan Makhluk Sosial
Manusia dalam
kehidupannya tidaklah bergantung pada diri sendiri. Setiap tindakan yang akan
dilakukan seorang manusia pasti berhubungan dan membutuhkan orang lain. Manusia
selain disebut sebagai makhluk individu, juga disebut sebagai makhluk
sosial. Manusia dengan kodratnya sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup
seorang diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia
lainnya. Adapun tafsir Al-Qur’an mengenai manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial tertera dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71:
1. Ayat Al-Qur’an
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ-٧١-
Artinya:
Dan orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang
mukmin perempuan, sebagian mereka menjadi para penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan melaksanakan shalat
secara berkesinambungan, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan dirahmati Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa,
lagi Maha Bijaksana {71}.[1]
2.
Penjelasan Kata
a. (وَالْمُؤْمِنُونَ)
Wal
Mukminuuna: Yang benar dalam keimanan mereka kepada Allah dan
Rasul-Nya dan beriman pada adanya ancaman serta janji Allah.
b. (أَوْلِيَاء
بَعْضٍ)Auliyaa’u Ba’dh:
Saling memberikan pertolongan, melindungi, mencintai dan memberikan dukungan.
c. (وَيُقِيمُونَ
الصَّلاَةَ) Wa Yuqiimuuna
ash-Shalaata: Menunaikan shalat dengan khusyu serta
memenuhi syarat, rukun, sunah dan adab-adabnya.
d. (وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ) Wa Yu’tuuna az-Zakaata:
Mengeluarkan zakat harta benda mereka yang tidak bergerak, seperti emas, dirham
dan mata uang yang lain atau dari harta yang bergerak berupa binatang ternak,
seperti onta, sapi dan kambing.[2]
3.
Tafsir Ayat
Kaum
Mukminin dan Mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (orang-orang) pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan dirahmati oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
a. Wal
mu’minūna (kaum Mukminin), yakni kaum lelaki yang membenarkan.
b. Wal
mu’minātu (dan Mukminat), yakni kaum perempuan yang membenarkan.
c. Ba‘dluhum
auliyā-u ba‘dl (sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain), yakni
berada dalam satu agama, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
d. Ya’murūna
bil ma‘rūfi (mereka menyuruh [orang-orang] pada yang makruf), yakni kepada
tauhid dan meneladani Nabi Muhammad saw.
e. Wa
yanhauna ‘anil mungkari (mencegah dari yang mungkar), yakni dari kekafiran,
kemusyrikan, dan tak meneladani Nabi Muhammad saw.
f. Wa
yuqīmūnash shalāta (mendirikan shalat), yakni menyempurnakan shalat lima waktu.
g. Wa
yu’tūnaz zakāta (menunaikan zakat), yakni mengeluarkan zakat harta mereka.
h. Wa
yuthī’ūnallāha wa rasūlah (serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya), baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
i. Ulā-ika
sa yarhamuhumullāh (mereka itu akan dirahmati oleh Allah), yakni Allah tidak
akan mengazab mereka.
j. Innallāha
‘azīzun (sesungguhnya Allah Maha Perkasa) dalam kerajaan dan Kekuasaan-Nya.
k. Hakīm
(lagi Maha Bijaksana) dalam perintah dan ketetapan-Nya.[3]
Ayat ini menerangkan bahwa orang
mukmin, pria maupun wanita saling menjadi pembela di antara mereka. Selaku
mukmin ia membela mukmin lainnya karena hubungan agama. Wanita pun selaku
mukminah turut membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-laki mukmin karena
hubungan seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya.
Akhir ayat ini menegaskan bahwa
Allah pasti akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang
dikehendaki sesuai dengan amalan-amalan yang telah dikerjakannya.
Istri-istri rasulullah dan
istri-istri para sahabat turut ke medan perang bersama-sama tentara Islam untuk
menyediakan air minum dan menyiapkan makanan karena orang-orang mukmin itu
sesama mereka terikat oleh tali keimanan yang membangkitkan rasa persaudaraan,
kesatuan, saling mengasihi dan saling tolong-menolong. Kesemuanya itu didorong
oleh semangat setia kawan yang menjadikan mereka sebagai satu tubuh atau satu
bangunan yang saling menguatkan dalam menegakkan keadilan dan meninggikan
kalimah Allah. Sifat mukmin yang seperti itu banyak dinyatakan oleh hadis-hadis
Nabi Muhammad antara lain, seperti sabdanya:
مثل
المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد اذا اشتكي منه عضو تداعي له سائر
الجسد بالحمى والسهر (رواه البخاري ومسلم عن النعمان بن بشير)
Artinya:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling
mengasihi, saling menyantuni dan saling membantu seperti satu jasad, apabila
salah satu anggota menderita, seluruh anggota jasad itu merasakan demam dan
tidak tidur. (riwayat Al Buchori dan Muslim dari
Nu’man bin Basyir).
Sifat-sifat yang dimiliki orang
mukmin antara lain:
a. Orang
mukmin selalu mengajak berbuat baik dan melarang perbuatan mungkar.
b. Orang
mukmin mengerjakan sholat dengan khusyu’ dengan hati yang ikhlas.
c. Orang
mukmin selain mengeluarkan zakat, tangan mereka selalu terbuka untuk
menciptakan kesejahteraan umat dan memberikan sumbangan sosial.
d. Orang
mukmin selalu taat kepada Allah dengan cara meninggalkan perbuatan perbuatan
maksiat dan mengerjakan segala perintah menurut kesanggupan mereka.[4]
B.
Tafsir tentang Produksi dan Reproduksi Manusia dalam
Al-Qur’an
Produksi berasal dari kata dasar produk
yang punya arti buatan atau hasil, sedangkan produksi sendiri punya arti
pembuatan atau menghasilkan. Kalau ditambahi didepannya “re” maka berarti
pembuatan kembali sesuatu yang sudah ada atau dalam kata yang sederhana disebut
perkembangbiakan.
Dengan demikian produksi adalah
pembuatan pertama kali sedangkan reproduksi merupakan pembuatan yang kedua atau
di atasnya (3,4,5,…). Tapi reproduksi dalam pembahasan ini yang dimaksudkan
bukanlah penciptaan manusia yang kedua yaitu Hawa juga bukan penciptaan manusia
pertama yaitu Adam as dan juga bukan penciptaan manusia yang tidak ilmiah atau
tidak sesuai dengan sunatullah, seperti Nabi Isa as. Yang dimaksud dengan istilah
reproduksi manusia di sini adalah proses penciptaan kembali manusia yang
berlangsung di dalam kandungan ibu dan dengan proses yang ilmiah.
Dengan kata lain reproduksi manusia
adalah proses perkembangbiakan manusia dalam upaya untuk mempertahankan populasinya.
Berikut ayat yang menjelaskan mengenai produksi dan reproduksi manusia yang
tercantum dalam surat Al-Mukminun ayat 12-14:
1.
Ayat Al-Qur’an
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ -١٢-ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ -١٣-ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ -١٤-
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah{12}. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) {13}.Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik{14}.[5]
2. Penjelasan
Kata
a. (مِن
سُلَالَةٍ) Min Sulaalatin:
Sulaalah adalah apa yang tercabut dari sesuatu. Maksud ungkapan itu
disini adalah apa yang diambil dari tanah untuk menciptakan Adam.
b. (نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ) Nuthfatan Fii Qaraarin
Makiin: Nuthfah adalah tetesan air mani yang sudah
terpilih dari sperma. Qaraarin Makiin adalah tempat yang kokoh,
maksudnya rahim yang terjaga.
c. (عَلَقَةً)
‘Alaqatan:
Darah membeku yang menempel pada jari tangan, apabila seseorang mencoba
mengangkatnya dengan jari itu, maka bentuknya seperti kuning telur.
d. (مُضْغَةً)
Mudhghatan:
Potongan daging, seukuran daging yang biasa kita kunyah.
e. (خَلْقاً
آخَرَ) Khalqan Aakhar:
Ciptaan yang lain, yang bukan seperti potongan daging tadi karena telah
ditiupkannya ruh, maka itu menjadi manusia.
f. (أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ) Ahsanu Al-Khaalqiin:
Sebaik-baik yang menciptakan. Maka Allah Ta’ala adalah yang menciptakan
sedangkan manusia adalah yang diciptakan, dan Allah adalah sebaik-baik
Pencipta.[6]
3.
Tafsir Ayat
Allah SWT menciptakan keturunan
Adam dari sari pati air, yaitu air mani. Keturunan manusia diciptakan dari air
mani yang berada di tulang rusuk lelaki kemudian dipancarkan dan disimpan dalam
tempat yang kukuh yaitu di rahim wanita, tempat yang kukuh, kuat dan terjaga
mulai dari permulaan hamil hingga akhir persalinan.
Selanjutnya Allah SWT mengubah
nutfah yang merupakan campuran antara air mani lelaki dan perempuan menjadi alaqah,
yaitu gumpalan darah, kemudian Allah SWT merubahnya menjadi gumpalan daging
seukuran daging yang dikunyah tanpa bentuk dan rancangan.
Perubahan bentuk disebut penciptaan
karena Allah SWT menghilangkan sebagian ciri dan menciptakan ciri lain. Dari
gumpalan daging selanjutnya Allah SWT merubahnya menjadi tulang berbentuk yang
memiliki potongan dan bagian-bagian, mulai dari kepala, kedua tangan dan kaki,
termasuk tulang, syaraf dan urat. Selanjutnya Allah SWT menutupi tulang yang
tercipta dengan daging yang menutupi dan memperkuat. Allah SWT menjadikan
daging laksana baju bagi tulang. Selanjutnya Allah SWT menciptakan wujud lain
yang berbeda dengan wujud sebelumnya dengan meniupkan ruh ke janin, janin
kemudian bergerak dan menjadi bentuk berbeda yang memiliki pendengaran,
pengelihatan, pemahaman, perasaan dan gerakan.
Maha suci Allah SWT pencipta
terbaik. Artinya, Maha Luhur dalam kuasa dan hikmah-Nya, Maha Tinggi dan Maha
Suci Allah, penentu dan pembentuk terbaik.
Kata tabaaraka berasal dari baaraka,
seolah-olah berada pada tingkatan ta’aala (Maha Luhur) dan taqaddasa
(Maha Suci), dan berasal dari makna berkah. Diriwayatkan, saat Umar bin
Khaththab mendengar permulaan ayat hingga firman, “Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain,” Umar berkata seperti yang
diriwayatkan oleh Thayalisi dan lainnya dari Anas, “Maha Suci Allah, pencipta
yang paling baik.” Lalu Rasulullah saw bersabda, “Seperti itulah yang
diturunkan.” Artinya, pencipta terbaik, tidak ada pencipta selain Allah
SWT. Ciptaan dan buatan Allah SWT adalah ciptaan terbaik, ciptaan Allah SWT
adalah baik dan terbaik. Ini tidak bermaksud membandingkan Allah SWT dengan
yang lain, tapi hanya sebagai petunjuk atas kesempurnaan ciptaan-Nya.[7]
C. Tafsir tentang Penciptaan Awal Manusia dalam
Al-Qur’an
1.
Ayat Al-Qur’an
surat As-Sajadah: 7-9
الَّذِي أَحْسَنَ
كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ -٧- ثُمَّ جَعَلَ
نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاء مَّهِينٍ -٨- ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ
مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً
مَّا تَشْكُرُونَ -٩-
Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah {7}. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani){8}. Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur {9}.[8]
2.
Penjelasan Kata
a.
(وَبَدَأَ
خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ) Wa Bada’a Khalqal
Insaana min Thiin: Yakni memulai penciptaan Adam as dari
tanah liat.
b.
(مِن
سُلَالَةٍ مِّن مَّاء مَّهِينٍ) Min Sulaalatin mim
Maa’in Mahiin: Yakni menciptakan keturunan Adam dari
segumpal darah yang berasal dari air mani.
c.
(ثُمَّ
سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ) Tsumma Sawwaahu wa
Nufikha fiihi mir Ruuhih: Yaitu mengadakan janin di dalam
perut ibunya, dan ditiupkan ke dalamnya ruh, maka ia menjadi hidup. Sebagaimana
juga dahulu Dia menciptakan Adam dan ditiupkan ke dalam tubuh Adam ruh-Nya
sehingga dia menjadi hidup.
d.
(وَالْأَفْئِدَةَ)
Wal
‘af’idah: Hati.
e.
(قَلِيلاً
مَّا تَشْكُرُونَ) Qaliilan maa Tasykuruun:
Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat diciptakannya mereka kecuali
hanya sedikit saja.[9]
3.
Tafsir Ayat
Allah
SWT yang mengatur segala urusan dan Maha Pencipta itu serta yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang, Dialah yang membuat sebaik-baiknya segala sesuatu yang
Dia ciptakan sehingga semua berpotensi berfungsi sebaik mungkin sesuai
dengan tujuan penciptaannya dan Dia telah memulai penciptaan manusia yakni
Adam asdari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sedikit sari
pati air mani yang diremehkan bila dilihat kadarnya atau menjijikkan
bila dipandang, atau lemah, tidak berdaya karena sedikitnya.
Kemudian
yang
lebih hebat dari itu Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuh-nya
ruh (ciptaan)-Nya dan setelah kelahirannya di muka bumi Dia menjadikan
bagi kamu wahai manusia pendengaran agar kamu dapat mendengar
kebenaran dan penglihatan agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran
Allah dan hati agar kamu dapat berfikir, dan beriman, tetapi sedikit
sekali kamu bersyukur dan banyak di antara kamu yang kufur. Yakni kamu
tidak memfungsikan anugerah-anugerah itu sebagaimana yang Allah kehendaki,
tetapi memfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
a. Kata
(أحسن)ahsana
berarti membuat sesuatu menjadi baik. Kebaikannya diukur pada potensi dan
kesiapannya secara sempurna mengemban fungsi yang dituntut darinya. Allah SWT
telah menciptakan semua ciptaannya dalam keadaan yang baik, yakni
diciptakan-Nya secara sempurnya agar masing-masing dapat berfungsi sebagaimana
yang dikehendaki-Nya.
b. Kata
(سلالة)
sulalah
terambil dari kata (سل)sala
yang antara lain berarti mengambil, mencabut. Kata ini mengandung makna sedikit,
sehingga kata sulalah berarti mengambil sedikit atau sari pati air
mani yang memancar itu.
c. Kata
(مهين)mahin jika
disandangkan kepada orang, berarti lemah. Kata itu juga dapat berarti sedikit.
Dengan demikian, min ma’in mahin berarti ‘air yang sedikit dan
lemah’. Selain itu, kata mahana juga terbentuk dari huruf-huruf yang
sama dari kata “mahin” juga berarti “memerah susu” sehingga dapat
dipahami pendapat sementara ulama yang memahaminya dalam air air yang
memancar atau air yang sedikit, karena susu yang keluar dari perahan
biasanya memancar dan sedikit.
d. Kata
(سواه)sawwahu/menyempurnakannya
mengisaratkan proses lebih lanjut dari kejadian manusia setelah terbentuk
organ-organnya. Ini serupa dengan ahsan taqwin. Dalam QS Al-Infithar: 7
disebut tiga proses pokok penciptaan. Tahap pertama mengisyaratkan pembentukan
organ-organ tubuh secara umum, tahap kedua adalah tahap penghalusan dan
penyempurnaan organ-organ itu, dan tahap ketiga adalah tahapan peniupan ruh
Ilahi, yang menjadikan manusia memiliki potensi untuk tampil seimbang, memiliki
kecenderungan kepada keadilan.
e. Kata
(من
روحه)min
ruhihi secara harfiah berarti dari ruh-Nya yakni ruh
Allah. Ini bukan berarti ada “bagian” Ilahi yang dianugerahkan kepada manusia.
Karena Allah tidak terbagi, tidak juga terdiri dari unsur-unsur. Dia adalah shamad
tidak terbagi dan tidak terbilang. Yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya.
Penisbahan ruh itu kepada Allah adalah penisbahan pemuliaan dan
penghormatan. Ayat ini bagaikan berkata: Dia meniupkan ke dalamnya ruh
yang mulia dan terhormat dari (ciptaan)-Nya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa
Allah memulai penciptaan manusia dari tanah. Menurut Sayyid Quthub, ini dapat
juga dipahami dalam arti tanah adalah permulaan atau tahapannya yang pertama.
Ayat ini tidak menjelaskan berapa tahap yang dilalui manusia sesudah tahap
tanah itu, tidak juga dijelaskan berapa jauh dan berapa lamanya.
Karena terbuat dari tanah, manusia
dipengaruhi oleh kekuatan alam, sama halnya dengan makhluk-makhluk hidup di
bumi lainnya. Ia butuh makan, minum, hubungan seks, dan lain-lain. Dengan ruh,
ia meningkat dari dimensi kebutuhan tanah itu, walau ia tidak dapat bahkan
tidak boleh melepaskannya, karena tanah adalah bagian dari substansi
kejadiannya. Ruh pun memiliki kebutuhan-kebutuhan agar dapat menghiasi manusia.
Dengan ruh, manusia diantar menuju tujuan
non materi yang tidak dapat diukur di laboratorium, tidak juga dikenal oleh
alam materi. Dimensi spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung
kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dll.
Demikian manusia yang diciptakan
Allah disempurnakan ciptaan-Nya dan dihembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya.[10]
D.
Tafsir tentang Hikmah Diciptakannya Manusia
1.
Ayat Al-Qur’an
surat Al-Baqarah: 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ
فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -٣٠-
Artinya:
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan akan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” {30}.[11]
2.
Penjelasan Kata
a. (الْمَلاَئِكَةُ)Al-Malaaikatu:
Kata
‘Malaikah’ adalah bentuk jama’ dari kata “Malaa-ik”, dan diperingan
bacaannya menjadi “Malak”. Mereka adalah makhluk alam ghaib, sebagaimana
diinformasikan oleh Nabi saw bahwa mereka diciptakan oleh Allah Ta’ala
dari cahaya.
b. (خَلِيفَةً)Khaliifah: Orang
yang datang menggantikan orang lain. Tetapi yang dimaksud disini adalah Nabi
Adam as.
c. (يُفْسِدُ
فِيهَا)Yufsidu
Fiihaa: Berbuat kerusakan di bumi, yaitu dengan berbuat
kufur dan maksiat.
d. (يَسْفِكُ)Yasfiku:
Yakni menumpahkan darah dengan membunuh dan melukai (orang lain).
e. (نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ)Nusabbihu
Bihamdika: Kami mengucapkan (سُبْحَانَ اللهِ
وَبِحَمْدِهِ)“Maha
Suci Allah Ta’ala dan dengan memuji kepada-Nya.” Arti
Tasbih adalah menyucikan Allah Ta’ala dari segala sesuatu yang
tidak layak bagi-Nya.
f. (وَنُقَدِّسُ
لَكَ)Wa
Nuqaddisu Laka: Dan kami menyucikan Engkau dari
apa-apa yang tidak layak bagi-Mu. Arti Taqdiis
adalah menyucikan dan menjauhkan-Nya dari sesuatu yang tidak patut bagi-Nya.
Huruf laam pada “لَكَ”
adalah tambahan yang berfungsi untuk menguatkan makna, karena fi’il (kata
kerja) “قَدَّسَ” bisa berpengaruh pada
obyeknya (muta’addi) secara langsung (tanpa perantara huruf). Jadi bisa
dikatakan, “قَدَّسَهُ” (menyucikan-Nya).[12]
3.
Tafsir Ayat
“(Ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat”,
ingatlah wahai Muhammad ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, dan
kisahkanlah kepada kaummu tentang hal itu, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
khalifah di muka bumi.” Mengadakan dan menciptakan di bumi
khalifah untuk melaksanakan segenap hukum-Ku, yaitu Adam atau suatu kaum
sebagian menjadi khalifah atas sebagian lainnya, dalam kurun demi kurun, masa
demi masa, dan generasi demi generasi.
“Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya,”
mereka berkata dengan heran: “Bagaimana Engkau menjadikan mereka khalifah,
padahal di antara mereka ada yang membuat kerusakan di bumi dengan maksiat,
“dan menumpahkan darah”, mengalirkan darah dengan kekejian dan perseteruan.
“Padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau”, kami senantiasa menyucikan Engkau seraya memuji-Mu. “Dan
mensucikan Engkau”, kami mengagungkan perintah-Mu dan mensucikan nama-Mu
dari tuduhan orang-orang kafir yang dialamatkan kepada-Mu.
“Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Maksudnya, Aku tahu kemaslahatan-kemaslahatan yang menurut kalian itu
tersembunyi, bagiku hikmah penciptaan makhluk tidak diketahui oleh Malaikat.
4.
Pelajaran
a. Sebagian
ulama berkata bahwa pada pemberitahuan Allah kepada malaikat tentang penciptaan
Adam dan pengangkatannya sebagai khalifah di bumi, terdapat pendidikan untuk
segenap hamba-Nya bagaimana bermusyawarah dalam berbagai masalah sebelum
melaksanakannya.
b. Hikmah
dijadikannya Adam sebagai khalifah di bumi adalah menjadi rahmat bagi seluruh
hamba-Nya, bukan untuk merendahkan Allah, sebab manusia tidak akan mampu
menyampaikan perintah dan larangan dari Allah tanpa ada perantara, tidak juga
dengan perantara malaikat. Oleh karena itu, di antara rahmat, anugerah, dan
kebaikan Allah adalah diutusnya para rasul dari golongan manusia.
c. Al-Hafizh
Ibnu Katsir menyatakan bahwa perkataan malaikat, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya,” bukanlah
untuk membantah Allah, atau juga karena iri kepada Adam, namun lebih kepada
pertanyaan pemberitahuan dan eksplorasi hikmah tentang hal itu. Mereka
seakan-akan berkata, “Apa hikmah diciptakannya manusia, padahal sebagian mereka
membuat kerusakan di muka bumi? Ibnu Jazzi berkata, “Malaikat tahu bahwa anak
cucu Adam membuat kerusakan di bumi, lalu diberitakan kepada Allah mengenai
keadaan mereka. Dikatakan, dulu di bumi ada jin yang membuat kerusakan,
kemudian Allah mengutus malaikat, lalu malaikat membunuh mereka, kemudian
malaikat menimbang manusia dengan golongan jin itu.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Manusia dalam kehidupannya tidaklah
bergantung pada diri sendiri. Setiap tindakan yang akan dilakukan seorang
manusia pasti berhubungan dan membutuhkan orang lain. Manusia selain disebut sebagai
makhluk individu, juga disebut sebagai makhluk sosial. Adapun tafsir tentang
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial terdapat dalam Al-Qur’an
surat At-Taubah ayat 71.
2.
Reproduksi
manusia adalah proses perkembangbiakan manusia dalam upaya untuk mempertahankan
populasinya.Adapun tafsir tentang produksi dan reproduksi
manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 12-14.
3.
Allah SWT
menciptakan Nabi Adam as dari tanah. Adam merupakan permulaan adanya manusia di muka bumi. Ia
diciptakan tanpa adanya ayah dan juga ibu. Tafsir tentang penciptaan awal
manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah ayat 7-9.
4.
Setiap sesuatu
yang berasal dari Allah SWT selalu memiliki hikmah yang tersembunyi. Sama
halnya dengan penciptaan manusia yang juga memiliki hikmah tersendiri. Manusia
diciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi. Adapun tafsir
tentang hikmah diciptakannya manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 30.
A. Saran
Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu memperbaiki hubungan dengan
sesama saudara seiman adalah sangat penting. Persaudaraan sesama muslim dan
tolong-menolong adalah hal yang dapat memperkuat ikatan tali iman. Menunaikan
zakat, mendirikan sholat. Juga tidak hanya kita sesama muslim, bahkan kepada
orang lain yang tidak seiman dengan kita, juga harus saling membantu dalam
urusan perdagangan ataupun hal lain yang tidak bertentangan dengan hukum Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ibnu. Al-Kalam
Digital Versi 0.1. Bandung: Diponegoro, 2009.
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir
Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 1). Terj. Fityan Amaliy dan Edi Suwanto. Jakarta:
Darus Sunnah Press, 2012.
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir
Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 3). Terj. Fityan Amaliy dan Edi Suwanto. Jakarta:
Darus Sunnah Press, 2012.
Al-Jazairi, Syaikh Abu
Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 5). Terj. Fityan Amaliy
dan Edi Suwanto. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012.
Ash-Shabuni, Syaikh
Muhammad Ali. Shafwatut Tafasir. Terj. Yasin. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2011.
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir
Al-Wasith. Jakarta: Gema Insani, 2013.
Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 (Jakarta: Gema Insani, 1999.
Naim, Mochtar. Kompendium
Himpunan Ayat-Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Biologi dan Kedokteran. Jakarta:
Gema Insani Press, 1996.
Shihab, M. Quraish. Al-Qur’an
dan Maknanya. Tangerang: Lentera Hati, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir
Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
[1] M. Quraish
Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 198.
[2] Syaikh Abu
Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 3), terj.
Fityan Amaliy dan Edi Suwanto (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012), 418.
[3] Ibnu Abbas, Al-Kalam Digital
Versi 0.1 (Bandung: Diponegoro, 2009), 198.
[4]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 2 (Jakarta: Gema Insani, 1999), 631-632.
[5] Mochtar Naim, Kompendium
Himpunan Ayat-Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Biologi dan Kedokteran (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), 105.
[6]Syaikh Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 5), terj. Fityan
Amaliy dan Edi Suwanto (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012), 34.
[7] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir
Al-Wasith (Jakarta: Gema Insani, 2013), 663-664.
[8] Mochtar Naim, Kompendium
Himpunan Ayat-Ayat Al-Qur’an., 134.
[9]Syaikh Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 5), terj. Fityan
Amaliy dan Edi Suwanto (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012), 748.
[10]Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 183-186.
[12]Syaikh Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar (Jilid 1), terj. Fityan
Amaliy dan Edi Suwanto (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012), 81-82.
[13]Syaikh Muhammad
Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, terj. Yasin(Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2011), 64-67.
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Hk
BalasHapusPermainan Sabung Ayam Online di Agen BOLAVITA , dengan minimal deposit hanya Rp 25.000 saja , dan minimal betting hanya Rp 10.000 saja sudah bisa mainkan permainan Sabung Ayam
BalasHapushttp://agensabungayam.logdown.com/post/7917238-cara-menghilangkan-dugal-di-kepala-ayam-bangkok-aduan
Produk Kami Judi Sabung Ayam Online S128, SV388.
https://www.sateayam.biz/
https://m1.hj128.pw
Daftar Sabung Ayam sv388
Daftar Sabung Ayam Online S128
Agen Sabung Ayam Online Bolavita Banyak Bonus dan Promo Mari Bergabung :
Promo Sabung Ayam Terbaru 8x Win Beruntun.
Bolavita Bisa Deposit Via OVO & GO-Pay.
Sabung Ayam Deposit Via Pulsa XL & TSEL 25rb.
Promo Promo BOLAVITA
Telegram : +62812-2222-995
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita