AL–MAKKY
DAN AL-MADANIY
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu M. Choiril Anam, MEI
Disusun Oleh :
MIFTAKHUL FAUJI (931332214)
SITI ZIYANATUL
F. (931332314)
MEGA LESTARI (931332414)
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN
SYARI’AH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KEDIRI
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam kami curahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW. Adapun tujuan dari makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ulumul Qur’an.
Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya
bimbingan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Ulumul Qur’an, yang
telah memberi ilmu dan pengarahan dalam makalah ini.
2. Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Sahabat-sahabat yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sebagai balasan atas amal baik dari semua pihak yang
telah disebutkan di atas.
Sadar akan kekurangan
dan keterbatasan yang kami miliki, kami mohon maaf jika ada penulisan yang
kurang berkenan di hati bapak dosen dan juga pembaca. Saran dan kritik sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kediri,
07 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam metode penafsiran Al-Qur'an ada banyak alat bantu yang bisa
digunakan, salah satunya adalah dengan mengetahui di mana sebuah ayat atau
surah Al-Qur'an diturunkan, sebagaimana telah kita ketahui Al-Qur’an diturunkan
dalam dua masa, yakni masa hijrah Nabi dan masa sebelum hijrah Nabi atau yang
biasa kita kenal dengan ilmu Makky dan Madani.
Perhatian
terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding
berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu
ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang
diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madaniyah atau ayat yang
diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah, dan sebagainya. Pada
intinya persoalan ini telah menjadi perhatian urgen pada masa sahabat.
Tema-tema
seputar Makkiyah dan Madaniyah ini sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu
al-Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya
al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang
paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya,. Demikian
juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan ataupun
sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah atau sebaliknya
dan seterusnya. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makkiyah
dan Madaniyah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian dari Makkiyah dan Madaniyah?
2.
Apa
saja macam-macam dari Makkiyah dan Madaniyah?
3.
Apa
saja ciri-ciri dari surat Makkiyah dan Madaniyah?
4.
Bagaimana
cara mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah?
5.
Dasar
apa saja yang dijadikan sebagai pedoman penentuan Makkiyah dan Madaniyah?
6.
Apa
saja contoh surat yang tergolong dalam Makkiyah dan Madaniyah?
7.
Apa
saja keistimewaan surat Makkiyah dan Madaniyah?
8.
Apa
manfaat mempelajari Al-Makky dan Al-Madany?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian dari Makkiyah dan Madaniyah.
2.
Untuk
mengetahui macam-macam dari Makkiyah dan Madaniyah.
3.
Untuk
mengetahui ciri-ciri dari surat Makkiyah dan Madaniyah.
4.
Untuk
mengetahui cara mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah.
5.
Untuk
mengetahui dasar yang digunakan sebagai pedoman penentuan Makkiyah dan
Madaniyah.
6.
Untuk
mengetahui contoh surat yang tergolong dalam Makkiyah dan Madaniyah.
7.
Untuk
mengetahui keistimewaan surat Makkiyah dan Madaniyah.
8.
Untuk
mengetahui manfaat dari mempelajari Al-Makky dan Al-Madani.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
a.
Kategori
makani (tempat): Makky adalah ayat-ayat yang diturunkan di kota Mekkah dan
sekitarnya. Sedangkan Madany adalah
ayat-ayat yang diturunkan di kota Madinah dan sekitarnya.[1]
b.
Kategori
zamani (waktu): Makky adalah ayat-ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah
walaupun surat/ayat itu diturunkan di Madinah. Sedangkan Madany adalah ayat-ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah
walaupun surat/ayat itu ada juga yang diturunkan di Makkah.[2]
c.
Kategori
Mukhatab (objek perwahyuan): Makky adalah ayat-ayat yang diturunkan
dengan menyinggung orang-orang Mekkah, baik turun di Makkah ataupun di Madinah,
baik sebelum dan sesudah hijrah, ayat/surat tersebut disebut Makkiyah.
Sedangkan Madany adalah ayat-ayat
yang menyinggung penduduk Madinah, baik
turun di Makkah atau Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah tetap disebut
Madaniyah.[3]
d.
Kategori
mulaahazhatu ma tadhammanat as-suuratu
(kriteria): Makkiyah adalah surat yang berisi cerita-cerita umat dan para Nabi
atau Rasul terdahulu. Sedangkan Madaniyah adalah surat yang berisi hukum hudud,
faraid dan sebagainya.[4]
2.
Macam-macam Makkiyah dan Madaniyah
a.
Surat
Makkiyah murni
Surat yang seluruh ayatnya berstatus sebagai ayat Makkiyah.
Contohnya seperti surat al-Fatihah, Yunus, Al-Anbiya’, An-Naml dan surat-surat
pendek pada juz 30 kecuali surat An-Nashr.
b.
Surat
Madaniyah murni
Surat yang seluruh ayatnya berstatus sebagai ayat Madaniyah.
Contohnya seperti surat Ali Imran, An-Nisa, An-Nur, Al-Zalzalah dan sebagainya.
c.
Surat
Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah
Surat
yang sebetulnya berisi kebanyakan berisi ayat Makkiyah akan tetapi di dalamnya
ada sedikit ayat yang berstatus Madaniyah.
1)
Misalnya
surat Al-An’am. Ibnu Abbas berkata, “Surat ini diturunkan sekaligus di Makkah,
maka ia adalah Makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di Madinah, yaitu
ayat 151-153.
“Katakanlah, ‘Marilah aku bacakan apa yang diharumkan atas kamu
oleh Tuhanmu, yaitu; janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu, berbuat
baiklah kepada kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu
karena takut miskin; Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan
janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di
antaranya maupun yang tersembunyi...”dan
seterusnya hingga akhir ayat 153.
2)
Dan,
surat Al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi,
ada tiga ayat yang Madaniyah, yaitu ayat 19-21,
“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka
bertengkar mengenai Tuhan mereka[19]. Maka bagi orang kafir[20] akan dibuatkan
pakaian-pakaian dari api (neraka)[21]”[5]
d.
Surat
Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah
Di antara sekian contoh ayat-ayat
Makkiyah dalam surat Madaniyah, ialah surat Al-Anfal. Surat Al-Anfal adalah
Madaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat 30 yang artinya:
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (Quraisy)
membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu
atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan makar mereka.
Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Al-Anfal: 30)
Mengenai ayat ini Muqatil
mengatakan, “Ayat ini diturunkan di Makkah, zhahirnya menunjukkan demikian,
sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di Darun
Nadwah ketika mereka merencanakan makar terhadap Rasulullah sebelum hijrah.”
Sebagian ulama juga mengecualikan
ayat, “Wahai Nabi, cukuplah Allah dan
orang-orang mukmin yang mengikutimu menjadi penolongmu.” (Al-Anfal: 64),
berdasarkan hadits yang diriwayatkan Al-Bazzar dari Ibnu Abbas bahwa, ayat
tersebut diturunkan ketika Umar bin Al-Khattab masuk Islam.[6]
3.
Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah
a.
Surat
Makkiyah
° Surat-surat/ayat-ayatnya pendek-pendek;
° Nada perkataannya keras, tapi agak bersajak;
° Pada umumnya berisikan soal-soal keimanan, tauhid, akhlak, surga,
neraka, pahala dan dosa;
° Khitab (arah pembicaraannya) ditujukan kepada segenap umat manusia
secara keseluruhan dengan menggunakan kata seruan ياايها
الناس atau آدم بني يا
° Tiap-tiap surat/ayat yang di dalamnya terdapat lafal dan ayat
sajdah. ( السّجدة )
° Tiap-tiap surat/ayat yang berisikan kisah tentang para nabi dan
umat terdahulu (sebelum Nabi Muhammad SAW), kecuali surat al-Baqarah;
° Tiap-tiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan
iblis, kecuali surat al-Baqarah;
° Tiap-tiap surat yang diawali dengan huruf-huruf hijaiyyah seperti ق, ن
dll.
° Surat/ayat yang didalamnya terdapat lafal qasam (sumpah).
b.
Surat
Madaniyah
° Surat-surat/ayat-ayatnya panjang-panjang;
° Surat/ayatnya berisikan tentang masalah-masalah ibadah, muamalah,
hukum dan soal-soal kemasyarakatan lainnya;
° Tiap-tiap surat/ayat yang menceritakan keadaan orang-orang munafik,
selain surat al-‘Ankabut;
° Tiap-tiap surat/ayat yang di dalamnya disebut keadaan orang-orang
Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani);
° Khitabnya ditujukan kepada orang-orang mukmin dengan menggunakan
kalimat himbauan يا ايها الذين امنو kecuali dalam
surat-surat:
a.
al-Baqarah
(2) ayat 21 dan 168;
b.
an-Nisa
(4) ayat 132, 170 dan 175;
c.
al-Hajj
(22) ayat 1;
d.
al-Hujurat
(49) ayat 13 yang menggunakan perkataan ياايها الناس[7]
4.
Cara mengetahui ayat/surat Makkiyah dan Madaniyah
a.
Naqlis-Sima’i
(kutipan lisan atau periwayatan)
Yang
di maksud dengan metode naqlis sima’i (an-naqli as-sama’i) adalah ayat-ayat dan
surat-surat yang kita kenal bahwa ia adalah makkiyah atau madaniyah dengan cara
peiwayatan dari salah satu sahabat yang hidup pada periode dan mereka
menyaksikan turunnya ayat. Atau dari salah satu tabi’in yang telah mendengar
dari sahabat.[8]
b.
Qiyas-Ijtihadi
(pendekatan analogi)
Pendekatan yang
bertolak belakang dari kedua klasifikasi antara Makki dan Madani. Dengan
demikian bila terdapat Madani dalam Makky maka surat tersebut Madaniyah.[9]
5.
Dasar-dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah
a.
Dasar
aghlabiyah (mayoritas), yaitu jika
suatu surat itu mayoritas atau kebanyakan ayar-ayatnya Makkiyah, maka disebut
sebagai surat Makkiyah. Begitu pula sebaliknya dengan surah Madaniyah yaitu
surah yang mayoritas ayat-ayatnya adalah Madaniyah.
b.
Dasar
taba’iyah (kontinuitas), yaitu jika
permulaan suatu surat didahului dengan ayat yang turun di Mekkah atau turun
sebelum hijrah maka surat tersebut berstatus sebagai surat Makkiyah begitu pula
sebaliknya jika suatu ayat turun di Madinah atau turun setelah hijrah maka
surat tersebut termasuk Madaniyah.[10]
6.
Macam-macam contoh surat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an
a.
Makkiyah
Surat Makkiyah
yang berada dalam Al-qur’an berjumlah 82 surat[11].
Sementara surat yang masih duperselisihkan itu berjumlah 12 surat yaitu:
Al-Fatihah, Ar-Ra’d, Ar-Rahmaan, Ash-Shaff, At-Taghaabun, At-Tathfiif,
Al-Qodar, Al-Bayyinah, Al-Zilzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.[12]
b.
Madaniyah
Surat Madaniyah
yang ada dalam Al-qur’an berjumlah 20 surat diantaranya: Al-Baqarah, Ali Imran,
An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfaal, At-Taubah, An-Nuur, Al-Ahzaab, Muhammad,
Al-Fath, Al-Hujuraat, Al-Hadied, Al-Mujadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah,
Al-Jumu’ah, Al-Munafiqiin, Ath-Thalaaq, At-Tahriim dan An-Nasr.[13]
7.
Keistimewaan
a.
Surat
Makkiyah
° Pembekalan akidah Islam dalam jiwa melalui ajakan beribadah
(penyembahan) kepada Allah yang Esa, beriman kepada risalah Muhammad SAW
terhadap hari akhir juga pembatalan kayakinan-keyakinan paganisme jahil,
penyembahan kepada selain Allah, serta pemunculan hujjah-hujjah dan bukti;
° Penetapan dasar-dasar ibadah dan mu’amallah (pidana), etika,
keutamaan-keutamaan umum;
° Perhatian terhadap rincian kisah para nabi dan umat-umat terdahulu,
penjelasan tentang ajakan para Nabi terdahulu yang berupa aqidah-aqidah, sikap
umat mereka, tentang azab-azab di dunia yang turun kepada para pendusta sebagai
balasan terhadap dusta-dusta mereka;
° Pendeknya surat Makkiyah dan ayat-ayat dibarengi dengan kua-nya
pilihan diksi dan peristiwa. Ringkasnya ungkapan disertai dengan sempurnanya
makna dan keindahan.
b.
Surat
Madaniyah
° Al-Qur’an bericara kepada masyarakat Islam Madinah, umumnya berisi
tentang penetapan hukum-hukum syari’ah.
° Di dalam masyarakat Madinah tumbuh orang-orang munafiq, lalu
Al-Qur’an membicarakan sifat-sifat mereka dan menguak rahasia mereka.
° Diantara orang-orang Islam di Madinah, hiduplah sekelompok Ahli
Kitab bangsa Yahudi. Mereka selalu melakukan perbuatan licik, memperdaya Islam
dan pemeluknya. Maka Al-Qur’an di Madinah membeberkan rahasia-rahasia mereka
dan membatalkan kayakinan-keyakinan mereka.
° Pada umumnya, ayat-ayat dan suratnya panjang dan untuk
menggambarkan luasnya Aqidah dan hukum-hukum Islam.[14]
8.
Manfaat mengetahui Makky dan Madani
a.
Mudah
mengetahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun
belakangan dari kitab suci Al-qur’an;
b.
Mudah
mengetahui mana ayat-ayat Al-qur’an yang hukum/bacaannya telah dinasakh dan
mana ayat-ayat yang menasakhnya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan
hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan antar yang satu
dengan yang lain. Dalam hal seperti itu harus dicari mana ayat yang turun
terlebih dahulu, yaitu mana yang Makkiyah sehingga mungkin ayat itulah yang
telah dihapus dan diganti hukum atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian
atau yang Madaniyah sebagai Nasikh atau penghapus/penggantinya;
c.
Mengetahui
dan mengerti sejarah persyariatan hukum-hukum Islam yang amat bijaksana dalam
menetapkan peraturan-peraturan;
d.
Mengetahui
hikmah disyariatkannya suatu hukum sehingga dapat pula diketahui mengapa suatu
hukum itu disyariatkan secara demikian;
e.
Akan
bisa menambah kepercayaan orang terhadap kewahyuan Al-qur’an;
f.
Meningkatkan
keyakinan orang terhadap kesucian, kemurnian dan keaslian Al-qur’an, melihat
bahwa hukum-hukum ajaran maupun tulisan dan kata-kata serta kalimatnya masih
tetap orisinil, tidak berkurang atau bertambah satu huruf pun;
g.
Mengerti
perbedaan bentuk bahasa Al-qur’an, yang dalam surah-surah Makkiyah berbeda
dengan Madaniyah. Dalam surat Makkiyah ditujukan kepada orang kafir Quraisy,
yang banyak pakar ahli bahasa Arabnya memakai
bentuk bahasa singkat-padat. Sedangkan surat Madaniyah ditujukan kepada
penduduk Madinah yang heterogen, yang banyak orang asing belum mengenal bahasa
Arab, menggunakan ungkapan panjang-lebar agar mudah diserap mereka;
h.
Dapat
mengetahui situasi dan kondisi masyarakat kota Mekkah dan Madinah khususnya
pada waktu turunnya ayat-ayat Al-qur’an.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Al-Makky
dan Al-Madany merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengklasifikasian
Al-Qur’an baik dari katergori tempat turunnya ayat/surat, khitab, waktu maupun
kriteria surat/ayat tersebut.
2.
Jenis
Makky dan Madani meliputi Makkiyah murni, Madaniyah murni, surat Makkiyah yang
berisi ayat Madaniyah dan surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.
3.
Ciri-ciri
surat Makkiyah misalnya surat-surat/ayat-ayatnya pendek-pendek dan nada
perkataannya keras tapi agak bersajak. Sedangkan Madany
surat-surat/ayat-ayatnya panjang-panjang dan berisikan tentang masalah-masalah
ibadah, muamalah, hukum dan soal-soal kemasyarakatan lainnya.
4.
Ayat/surat
Makkiyah dan Madaniyah dapat diketahui dengan 2 cara yaitu Naqlis-Sima’i
(kutipan lisan atau periwayatan) dan Qiyas-Ijtihadi (pendekatan analogi).
5.
Dasar-dasar
penetapan Makkiyah dan Madaniyah ada 2 yaitu Dasar aghlabiyah (mayoritas) dan Dasar taba’iyah (kontinuitas).
6.
Surat
Makkiyah yang berada dalam Al-qur’an berjumlah 82 surat sedangkan surat
Madaniyah yang ada dalam Al-qur’an berjumlah 20 surat diantaranya: Al-Baqarah,
Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfaal, At-Taubah, An-Nuur, Al-Ahzaab,
Muhammad, Al-Fath, Al-Hujuraat, Al-Hadied, Al-Mujadalah, Al-Hasyr,
Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah, Al-Munafiqiin, Ath-Thalaaq, At-Tahriim dan An-Nasr.
7.
Keistimewaan
surat Makkiyah salah satunya Pembekalan akidah Islam dalam jiwa melalui ajakan
beribadah (penyembahan) kepada Allah yang Esa, beriman kepada risalah Muhammad
SAW terhadap hari akhir juga pembatalan kayakinan-keyakinan paganisme jahil,
penyembahan kepada selain Allah, serta pemunculan hujjah-hujjah dan bukti. Sedangkan Madaniyah
yakni Al-Qur’an bericara kepada masyarakat Islam Madinah, umumnya berisi
tentang penetapan hukum-hukum syari’ah.
8.
Dengan
mempelajari Makky dan Madani kita akan lebih mudah mengetahui mana ayat-ayat
yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci
Al-qur’an, mengetahui dan mengerti sejarah persyariatan hukum-hukum Islam yang
amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan dan sebagainya.
B.
SARAN
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mengetahui berbagai
hal yang berkaitan dengan ulumul Qur’an terutama tentang ayat-ayat Makkiyah dan
Madaniyah, dan juga dapat membedakan serta mengetahui jumlah surat yang
termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah.
Bagi pemakalah menjadi suatu pengetahuan yang penting karena
pengetahuan tentang isi makalah ini dapat diketahui walau hanya sebatas membaca
dan menulis, dan sekaligus menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca serta harapan kepada para pembaca untuk dapat
memberikan kritikan ataupun masukan terhadap makalah karena tentunya makalah
ini jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an.
Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Ar-Rumi, Fahd Bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1999.
Ar-Rumi, Fahd Bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1996.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 2013.
Halabi, Mohammad Samin. Keagungan Kitab Suci Al-Qur’an. Jakarta:
Kalam Mulia, 2002.
Madyan, Ahmad Shams. Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Suma, Muhammad Amin. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2000.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
[1] Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur’an (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), 189.
[2] Muhammad Amin Suma, Ulumul
Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 73-74.
[3] Anshori, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 117.
[4] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu,
2013), 88.
[5] Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), 65-66.
[6] Ibid., 65.
[7] Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2000), 86-87.
[8] Fahd Bin Abdurrahman Ar-rumi, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi
Pres, 1999), 167-168.
[9] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia,
2000), 110.
[10] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu,
2013), 102.
[11] Mohammad Samin Halabi, Keagungan Kitab Suci Al-Qur’an (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), 84.
[12] Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1996), 216.
[13] Mohammad Samin Halabi, Keagungan Kitab Suci Al-Qur’an (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), 84.
[14] Fahd bin Abdurrahman Ar-rumi, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1999), 172-175.
[15] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu,
2013), 103-105.
0 komentar:
Posting Komentar