Sabtu, 22 Agustus 2015

1. Ulumul Qur'an- Al-Makky & Al-Madany





AL–MAKKY DAN AL-MADANIY

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu M. Choiril Anam, MEI 
 
Disusun Oleh :
MIFTAKHUL FAUJI                        (931332214)
SITI ZIYANATUL F.                       (931332314)
MEGA LESTARI                  (931332414)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2014

KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Adapun tujuan dari makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.   Dosen mata kuliah Ulumul Qur’an, yang telah memberi ilmu dan pengarahan dalam makalah ini.
2.   Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3.   Sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
   Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sebagai balasan atas amal baik dari semua pihak yang telah disebutkan di atas.
Sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, kami mohon maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan di hati bapak dosen dan juga pembaca. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



     Kediri, 07 November 2014

             

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam metode penafsiran Al-Qur'an ada banyak alat bantu yang bisa digunakan, salah satunya adalah dengan mengetahui di mana sebuah ayat atau surah Al-Qur'an diturunkan, sebagaimana telah kita ketahui Al-Qur’an diturunkan dalam dua masa, yakni masa hijrah Nabi dan masa sebelum hijrah Nabi atau yang biasa kita kenal dengan ilmu Makky dan Madani.
Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madaniyah atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini telah menjadi perhatian urgen pada masa sahabat.
Tema-tema seputar Makkiyah dan Madaniyah ini sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu al-Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya,. Demikian juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah atau sebaliknya dan seterusnya. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makkiyah dan Madaniyah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dari Makkiyah dan Madaniyah?
2.      Apa saja macam-macam dari Makkiyah dan Madaniyah?
3.      Apa saja ciri-ciri dari surat Makkiyah dan Madaniyah?
4.      Bagaimana cara mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah?
5.      Dasar apa saja yang dijadikan sebagai pedoman penentuan Makkiyah dan Madaniyah?
6.      Apa saja contoh surat yang tergolong dalam Makkiyah dan Madaniyah?
7.      Apa saja keistimewaan surat Makkiyah dan Madaniyah?
8.      Apa manfaat mempelajari Al-Makky dan Al-Madany?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Makkiyah dan Madaniyah.
2.      Untuk mengetahui macam-macam dari Makkiyah dan Madaniyah.
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri dari surat Makkiyah dan Madaniyah.
4.      Untuk mengetahui cara mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah.
5.      Untuk mengetahui dasar yang digunakan sebagai pedoman penentuan Makkiyah dan Madaniyah.
6.      Untuk mengetahui contoh surat yang tergolong dalam Makkiyah dan Madaniyah.
7.      Untuk mengetahui keistimewaan surat Makkiyah dan Madaniyah.
8.      Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari Al-Makky dan Al-Madani.



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
a.       Kategori makani (tempat): Makky adalah ayat-ayat yang diturunkan di kota Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madany adalah ayat-ayat yang diturunkan di kota Madinah dan sekitarnya.[1]
b.      Kategori zamani (waktu): Makky adalah ayat-ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah walaupun surat/ayat itu diturunkan di Madinah. Sedangkan Madany adalah ayat-ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah walaupun surat/ayat itu ada juga yang diturunkan di Makkah.[2]
c.       Kategori Mukhatab (objek perwahyuan): Makky adalah ayat-ayat yang diturunkan dengan menyinggung orang-orang Mekkah, baik turun di Makkah ataupun di Madinah, baik sebelum dan sesudah hijrah, ayat/surat tersebut disebut Makkiyah. Sedangkan Madany adalah ayat-ayat yang menyinggung penduduk Madinah, baik turun di Makkah atau Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah tetap disebut Madaniyah.[3]
d.      Kategori mulaahazhatu ma tadhammanat as-suuratu (kriteria): Makkiyah adalah surat yang berisi cerita-cerita umat dan para Nabi atau Rasul terdahulu. Sedangkan Madaniyah adalah surat yang berisi hukum hudud, faraid dan sebagainya.[4]

2.      Macam-macam Makkiyah dan Madaniyah
a.       Surat Makkiyah murni
Surat yang seluruh ayatnya berstatus sebagai ayat Makkiyah. Contohnya seperti surat al-Fatihah, Yunus, Al-Anbiya’, An-Naml dan surat-surat pendek pada juz 30 kecuali surat An-Nashr.
b.      Surat Madaniyah murni
Surat yang seluruh ayatnya berstatus sebagai ayat Madaniyah. Contohnya seperti surat Ali Imran, An-Nisa, An-Nur, Al-Zalzalah dan sebagainya.
c.       Surat Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah
Surat yang sebetulnya berisi kebanyakan berisi ayat Makkiyah akan tetapi di dalamnya ada sedikit ayat yang berstatus Madaniyah.
1)        Misalnya surat Al-An’am. Ibnu Abbas berkata, “Surat ini diturunkan sekaligus di Makkah, maka ia adalah Makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di Madinah, yaitu ayat 151-153.
“Katakanlah, ‘Marilah aku bacakan apa yang diharumkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu; janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu, berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin; Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi...”dan seterusnya hingga akhir ayat 153.
2)        Dan, surat Al-Hajj adalah  Makkiyah. Tetapi, ada tiga ayat yang Madaniyah, yaitu ayat 19-21,
“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka bertengkar mengenai Tuhan mereka[19]. Maka bagi orang kafir[20] akan dibuatkan pakaian-pakaian dari api (neraka)[21]”[5]
d.      Surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah
Di antara sekian contoh ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah, ialah surat Al-Anfal. Surat Al-Anfal adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat 30 yang artinya:
 “Dan (ingatlah) ketika orang kafir (Quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Al-Anfal: 30)
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan, “Ayat ini diturunkan di Makkah, zhahirnya menunjukkan demikian, sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di Darun Nadwah ketika mereka merencanakan makar terhadap Rasulullah sebelum hijrah.”
Sebagian ulama juga mengecualikan ayat, “Wahai Nabi, cukuplah Allah dan orang-orang mukmin yang mengikutimu menjadi penolongmu.” (Al-Anfal: 64), berdasarkan hadits yang diriwayatkan Al-Bazzar dari Ibnu Abbas bahwa, ayat tersebut diturunkan ketika Umar bin Al-Khattab masuk Islam.[6]

3.      Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah
a.       Surat Makkiyah
°       Surat-surat/ayat-ayatnya pendek-pendek;
°       Nada perkataannya keras, tapi agak bersajak;
°       Pada umumnya berisikan soal-soal keimanan, tauhid, akhlak, surga, neraka, pahala dan dosa;
°       Khitab (arah pembicaraannya) ditujukan kepada segenap umat manusia secara keseluruhan dengan menggunakan kata seruan ياايها الناس atau آدم بني يا
°       Tiap-tiap surat/ayat yang di dalamnya terdapat lafal dan ayat sajdah. ( السّجدة )
°       Tiap-tiap surat/ayat yang berisikan kisah tentang para nabi dan umat terdahulu (sebelum Nabi Muhammad SAW), kecuali surat al-Baqarah;
°       Tiap-tiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan iblis, kecuali surat al-Baqarah;
°       Tiap-tiap surat yang diawali dengan huruf-huruf hijaiyyah seperti ق, ن dll.
°       Surat/ayat yang didalamnya terdapat lafal qasam (sumpah).
b.      Surat Madaniyah
°       Surat-surat/ayat-ayatnya panjang-panjang;
°       Surat/ayatnya berisikan tentang masalah-masalah ibadah, muamalah, hukum dan soal-soal kemasyarakatan lainnya;
°       Tiap-tiap surat/ayat yang menceritakan keadaan orang-orang munafik, selain surat al-‘Ankabut;
°       Tiap-tiap surat/ayat yang di dalamnya disebut keadaan orang-orang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani);
°       Khitabnya ditujukan kepada orang-orang mukmin dengan menggunakan kalimat himbauan يا ايها الذين امنو  kecuali dalam surat-surat:
a.    al-Baqarah (2) ayat 21 dan 168;
b.   an-Nisa (4) ayat 132, 170 dan 175;
c.    al-Hajj (22) ayat 1;
d.   al-Hujurat (49) ayat 13 yang menggunakan perkataan ياايها الناس[7]

4.      Cara mengetahui ayat/surat Makkiyah dan Madaniyah
a.       Naqlis-Sima’i (kutipan lisan atau periwayatan)
Yang di maksud dengan metode naqlis sima’i (an-naqli as-sama’i) adalah ayat-ayat dan surat-surat yang kita kenal bahwa ia adalah makkiyah atau madaniyah dengan cara peiwayatan dari salah satu sahabat yang hidup pada periode dan mereka menyaksikan turunnya ayat. Atau dari salah satu tabi’in yang telah mendengar dari sahabat.[8]
b.      Qiyas-Ijtihadi (pendekatan analogi)
Pendekatan yang bertolak belakang dari kedua klasifikasi antara Makki dan Madani. Dengan demikian bila terdapat Madani dalam Makky maka surat tersebut Madaniyah.[9]

5.      Dasar-dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah
a.       Dasar aghlabiyah (mayoritas), yaitu jika suatu surat itu mayoritas atau kebanyakan ayar-ayatnya Makkiyah, maka disebut sebagai surat Makkiyah. Begitu pula sebaliknya dengan surah Madaniyah yaitu surah yang mayoritas ayat-ayatnya adalah Madaniyah.
b.      Dasar taba’iyah (kontinuitas), yaitu jika permulaan suatu surat didahului dengan ayat yang turun di Mekkah atau turun sebelum hijrah maka surat tersebut berstatus sebagai surat Makkiyah begitu pula sebaliknya jika suatu ayat turun di Madinah atau turun setelah hijrah maka surat tersebut termasuk Madaniyah.[10]

6.      Macam-macam contoh surat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an
a.       Makkiyah
Surat Makkiyah yang berada dalam Al-qur’an berjumlah 82 surat[11]. Sementara surat yang masih duperselisihkan itu berjumlah 12 surat yaitu: Al-Fatihah, Ar-Ra’d, Ar-Rahmaan, Ash-Shaff, At-Taghaabun, At-Tathfiif, Al-Qodar, Al-Bayyinah, Al-Zilzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.[12]
b.      Madaniyah
Surat Madaniyah yang ada dalam Al-qur’an berjumlah 20 surat diantaranya: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfaal, At-Taubah, An-Nuur, Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujuraat, Al-Hadied, Al-Mujadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah, Al-Munafiqiin, Ath-Thalaaq, At-Tahriim dan An-Nasr.[13]

7.      Keistimewaan
a.       Surat Makkiyah
°       Pembekalan akidah Islam dalam jiwa melalui ajakan beribadah (penyembahan) kepada Allah yang Esa, beriman kepada risalah Muhammad SAW terhadap hari akhir juga pembatalan kayakinan-keyakinan paganisme jahil, penyembahan kepada selain Allah, serta pemunculan  hujjah-hujjah dan bukti;
°       Penetapan dasar-dasar ibadah dan mu’amallah (pidana), etika, keutamaan-keutamaan umum;
°       Perhatian terhadap rincian kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, penjelasan tentang ajakan para Nabi terdahulu yang berupa aqidah-aqidah, sikap umat mereka, tentang azab-azab di dunia yang turun kepada para pendusta sebagai balasan terhadap dusta-dusta mereka;
°       Pendeknya surat Makkiyah dan ayat-ayat dibarengi dengan kua-nya pilihan diksi dan peristiwa. Ringkasnya ungkapan disertai dengan sempurnanya makna dan keindahan.
b.      Surat Madaniyah
°       Al-Qur’an bericara kepada masyarakat Islam Madinah, umumnya berisi tentang penetapan hukum-hukum syari’ah.
°       Di dalam masyarakat Madinah tumbuh orang-orang munafiq, lalu Al-Qur’an membicarakan sifat-sifat mereka dan menguak rahasia mereka.
°       Diantara orang-orang Islam di Madinah, hiduplah sekelompok Ahli Kitab bangsa Yahudi. Mereka selalu melakukan perbuatan licik, memperdaya Islam dan pemeluknya. Maka Al-Qur’an di Madinah membeberkan rahasia-rahasia mereka dan membatalkan kayakinan-keyakinan mereka.
°       Pada umumnya, ayat-ayat dan suratnya panjang dan untuk menggambarkan luasnya Aqidah dan hukum-hukum Islam.[14]

8.      Manfaat mengetahui Makky dan Madani
a.         Mudah mengetahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-qur’an;
b.         Mudah mengetahui mana ayat-ayat Al-qur’an yang hukum/bacaannya telah dinasakh dan mana ayat-ayat yang menasakhnya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan antar yang satu dengan yang lain. Dalam hal seperti itu harus dicari mana ayat yang turun terlebih dahulu, yaitu mana yang Makkiyah sehingga mungkin ayat itulah yang telah dihapus dan diganti hukum atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian atau yang Madaniyah sebagai Nasikh atau penghapus/penggantinya;
c.         Mengetahui dan mengerti sejarah persyariatan hukum-hukum Islam yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan;
d.        Mengetahui hikmah disyariatkannya suatu hukum sehingga dapat pula diketahui mengapa suatu hukum itu disyariatkan secara demikian;
e.         Akan bisa menambah kepercayaan orang terhadap kewahyuan Al-qur’an;
f.          Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kemurnian dan keaslian Al-qur’an, melihat bahwa hukum-hukum ajaran maupun tulisan dan kata-kata serta kalimatnya masih tetap orisinil, tidak berkurang atau bertambah satu huruf pun;
g.         Mengerti perbedaan bentuk bahasa Al-qur’an, yang dalam surah-surah Makkiyah berbeda dengan Madaniyah. Dalam surat Makkiyah ditujukan kepada orang kafir Quraisy, yang banyak pakar ahli bahasa Arabnya  memakai bentuk bahasa singkat-padat. Sedangkan surat Madaniyah ditujukan kepada penduduk Madinah yang heterogen, yang banyak orang asing belum mengenal bahasa Arab, menggunakan ungkapan panjang-lebar agar mudah diserap mereka;
h.         Dapat mengetahui situasi dan kondisi masyarakat kota Mekkah dan Madinah khususnya pada waktu turunnya ayat-ayat Al-qur’an.[15]



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.    Al-Makky dan Al-Madany merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengklasifikasian Al-Qur’an baik dari katergori tempat turunnya ayat/surat, khitab, waktu maupun kriteria surat/ayat tersebut.
2.    Jenis Makky dan Madani meliputi Makkiyah murni, Madaniyah murni, surat Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah dan surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.
3.    Ciri-ciri surat Makkiyah misalnya surat-surat/ayat-ayatnya pendek-pendek dan nada perkataannya keras tapi agak bersajak. Sedangkan Madany surat-surat/ayat-ayatnya panjang-panjang dan berisikan tentang masalah-masalah ibadah, muamalah, hukum dan soal-soal kemasyarakatan lainnya.
4.    Ayat/surat Makkiyah dan Madaniyah dapat diketahui dengan 2 cara yaitu Naqlis-Sima’i (kutipan lisan atau periwayatan) dan Qiyas-Ijtihadi (pendekatan analogi).
5.    Dasar-dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah ada 2 yaitu Dasar aghlabiyah (mayoritas) dan Dasar taba’iyah (kontinuitas).
6.    Surat Makkiyah yang berada dalam Al-qur’an berjumlah 82 surat sedangkan surat Madaniyah yang ada dalam Al-qur’an berjumlah 20 surat diantaranya: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfaal, At-Taubah, An-Nuur, Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujuraat, Al-Hadied, Al-Mujadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah, Al-Munafiqiin, Ath-Thalaaq, At-Tahriim dan An-Nasr.
7.    Keistimewaan surat Makkiyah salah satunya Pembekalan akidah Islam dalam jiwa melalui ajakan beribadah (penyembahan) kepada Allah yang Esa, beriman kepada risalah Muhammad SAW terhadap hari akhir juga pembatalan kayakinan-keyakinan paganisme jahil, penyembahan kepada selain Allah, serta pemunculan  hujjah-hujjah dan bukti. Sedangkan Madaniyah yakni Al-Qur’an bericara kepada masyarakat Islam Madinah, umumnya berisi tentang penetapan hukum-hukum syari’ah.
8.    Dengan mempelajari Makky dan Madani kita akan lebih mudah mengetahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-qur’an, mengetahui dan mengerti sejarah persyariatan hukum-hukum Islam yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan dan sebagainya.

B.     SARAN
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan ulumul Qur’an terutama tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, dan juga dapat membedakan serta mengetahui jumlah surat yang termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah.
Bagi pemakalah menjadi suatu pengetahuan yang penting karena pengetahuan tentang isi makalah ini dapat diketahui walau hanya sebatas membaca dan menulis, dan sekaligus menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca serta harapan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan ataupun masukan terhadap makalah karena tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan.





DAFTAR PUSTAKA

Anshori. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Ar-Rumi, Fahd Bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999.
Ar-Rumi, Fahd Bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 2013.
Halabi, Mohammad Samin. Keagungan Kitab Suci Al-Qur’an. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Madyan, Ahmad Shams. Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Suma, Muhammad Amin. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.



[1] Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 189.
[2] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 73-74.
[3] Anshori, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 117.
[4] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 88.
[5] Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), 65-66.
[6] Ibid., 65.
[7] Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), 86-87.
[8] Fahd Bin Abdurrahman Ar-rumi, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi Pres, 1999), 167-168.
[9] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 110.
[10] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 102.
[11] Mohammad Samin Halabi, Keagungan Kitab Suci Al-Qur’an (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 84.
[12] Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), 216.
[13] Mohammad Samin Halabi, Keagungan Kitab Suci Al-Qur’an (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 84.
[14] Fahd bin Abdurrahman Ar-rumi, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999), 172-175.
[15] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 103-105.

0 komentar:

Posting Komentar